Poetry

menjelma nostalgia

Aku ingin

sembunyi

Aku ingin

menjadi

kelopak bunga yang dihembuskan angin

tanpa daya, tanpa cerita…

 

Aku ingin

setiap jejak kakiku

melebur dengan fana waktu itu

Aku ingin

terbang bersama

lantunan melodi yang mengayonkanku

jauh, jauh

 

hingga…

menjelma…

nostalgia

Advertisement

The World in Color

Sometimes I see the world through its reflections

in the murky puddles on the ground

in wayward mirrors casting distortions

or even shadows jumping from behind.

 

Sometimes I see the world in true proportions

Without any of the crazy contortions

And when I do

—although it’s rare—

I pause to take a snapshot with my eyes

Relish the moment of that rare exception

so I’ll remember it

even when the world subsides.

  (more…)

Kelengangan

Aku lelah, sungguh aku lelah

Dengan pernak pernik dunia

Cemerlang cemerlang di sana sini

Hanyalah sebuah hiasan tak berarti

Sedangkan

Ada jutaan insan

Kepada langit

Kepada laut

Kepada seluruh alam

Berteriak bisu tentang sebuah kepedihan

Hingga langit terlukis merah

Dan awan pun bercorak darah

Apakah kita semua terperangkap

dalam misteri dunia?

Apakah kita hanya menjalani

Sebuah sandiwara?

Buat apa semua ini

Jika tiada yang abadi?

Jika hal yang terindah hanya dapat

dirasakan sesaat

Dengan mata terpejam, datang secepat kilat

Aku lelah, sungguh aku lelah

Dengan pernak-pernik dunia

Cemerlang cemerlang di sana di sini

Semua hiasan yang tak berarti